Minggu, 02 November 2014

Bali Tak Selalu Berarti Pulang



Alhamdulillah tiket pesawat sudah di tangan kanan (sudah bisa ditebak apa yang ada di tangan kiri saya). Baju dan segala tetek bengeknya juga sudah dimasukkan ke dalam koper meskipun mereknya bukan Polo. Mau kemana emangnya???

Bukan, bukan...saya bukan mau piknik ke Arab, apalagi berniat  jadi TKW. Maklum, Mami saya sejak kecil melarang saya jadi TKW apalagi Polwan. Namun, kepergianku kali ini karena ada panggilan tugas penting dari Zordon untuk menetap dan menjadi abdi negara di Denpasar, Bali. Sayangnya, kali ini saya tidak akan didampingi oleh Power Rangers Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Ungu (kok kayak warna kue lapis yah???) saat berangkat ke Bali. Home alone alias sendiri (???). 

Terus terang, naik pesawat adalah pengalaman pertama dalam hidup. Secara, pesawat yang sering saya pakai ya sebatas pesawat telepon atau pesawat televisi. Jadi, saat ditakdirkan naik pesawat dalam arti sesungguhnya agak gimana gituh. Apalagi maskapai yang akan saya tumpangi namanya tidak mencerminkan sesuatu yang berbau kedirgantaraan. Sebut saja maskapai itu bernama Lion Air. Secara harfiah, menurut Kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Sadhily terbitan PT. Gramedia, Lion kan bermakna Singa, sejak kapan ya singa bisa terbang??? Kalau Garuda, Merpati atau Emprit Air kan masih nyambung. Tapi, tak menjadi soal lah, karena saya serahkan saja sama yang di atas (sambil pasang muka serius terus mengacungkan jari telunjuk ke bawah).


Momen yang sulit dilupakan ya saat acara perpisahan dengan Mami tercinta di depan pintu masuk Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang. Kalau difilmkan mirip dengan peserta Indonesian Idol saat host-nya bilang...”Maaf sekali, malam ini Anda harus pulang?”...Sedih dan suasananya sangat mengharukan (kanebo mana kanebo???). Mami terpaksa merelakan anak tergantengnya (secara, kedua kakakku itu perempuan semua) harus pergi ke Bali. Dan sayup-sayup terdengar suara dari pengeras suara, “ting..tong...ting...tong, pesawat Lion Air antar kota antar provinsi (AKAP) jurusan Semarang-Denpasar akan segera take off, silakan segera check in di hotel terdekat...upps salah, konter terdekat”. Mendengar woro-woro tersebut saya langsung bergegas masuk, check in, bayar airport tax, terus lari-lari gak jelas mirip adegan Cinta ngejar Rangga dalam film AADC (Alfa Alfa Delta Charlie). Kemudian, dari kejauhan akhirnya kelihatan juga bentuk pesawat Lion Airnya. Tepat pukul 06.00 WIB, pesawat akhirnya take off juga...menuju BALI yang tak selalu berarti PULANG.

Kamis, 30 Oktober 2014

Messi Ditangkap dan Dibui

Shock banget melihat berita di radio bahwa Messi ditangkap oleh anggota Direktorat Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Mabes Polri. Sakitnya tuh di sini. Public figure yang sempat digandrungi kini harus masuk bui.

Messi ditangkap bersama dua orang rekannya yang hendak terbang menuju Bali. Oleh Polisi, ketiganya ditangkap atas kepemilikan narkoba jenis sabu-sabu. Akhirnya, terkonang juga faktor penyebab kalahnya Barcelona saat laga El-Classico kemarin. Semua itu karena Messi.

So, bagi para generasi penerus bangsa, melalui tulisan yang tidak berbobot ini, JAUHILAH NARKOBA!!! Namun, kalau sekedar untuk menghilangkan lapar, ya bolehlah nyobain sabu. Yang dimaksud di sini bukan sabu yang haram itu, tapi sarapan bubur. Boleh sarapan bubur ayam Jakarta, bubur Manado yang segurih bibirnya, bubur sumsum, asalkan jangan pernah coba-coba nyicipin bubur kertas. Selain sabu, bagi para ibu yang hendak bersenang-senang dengan bapaknya, boleh juga kok mencoba narkoba. Tapi narkoba ini kepanjangan dari narik kolor bapak.

Sebentar...sebentar pemirsa yang budiman. Sepertinya kuping saya salah dengar. Ternyata yang ditangkap oleh Polisi bukanlah Messi, tetapi Tessy alias Kabul Basuki....oalah, Bul....Kabul!!!! Pemirsa, mohon maaf yah, bukan bermaksud menghina Messi, dan please jangan laporkan saya seperti halnya MA si tukang tusuk sate itu. Karena tulisan ini hanyalah fiktif belaka, kalaupun ada kesamaan nama, tempat, dan peristiwa anggap saja sebagai kebetulan semata (remarkable coincidence).